(Allah Kita Bersama)
Buku suci
Punya misteri
Alfa dan omega
Ia tetap buku suci
Punya misteri
Sepanjang masa
(Kupang, 10 Maret 2005)
SANG PEZIARAH SEJATI
Dengarlah wahai sahabatku
Wahai duniaku
Waktu Ia lahir
Kita semua bersukacita
Ia kini sengsara
Semua itu karena dosa kita
Ia rela mati bagi dunia
Bahkan disalib yang hina
Itulah puncak keselamatan kita
Mari kita rayakan bersama
Dengan bertobat dan terus berdoa
Dan disana Ia sedang menunggu kita
Kepangkuan~Nya.... Kepelukan~Nya
Agar pintu surga pun dibuka
Untuk kita sebagai sang peziarah sejati
(Kupang, 31 Maret 2005)
HATI YANG BERTOBAT
Hati yang bertobat
Tidak menyimpan dendam
Tidak mendustai
Tidak mengajukan tuntutan
Tidak meminta-minta
Tidak menggunakan syarat
Tidak menyombongkan diri
Saling mencintai
Hati yang bertobat
Tetap bertobat
(Kupang, 06 September 2005)
Patung depan Gereja Katolik Paroki Gembala Baik Alor-Pantar
LUKISAN DI BATU
Sebuah lukisan hati
Tergores di batu kali
Dengan cat berwarna
Dengan hati berwarna
Lukisan itu
Gambaran jiwaku
Lukisan itu
Gambaran hatiku
Lukisan itu
Gambaran kasihku
Lukisan itu
Gambaran Tuhanku
Pada lukisan itu
(Kupang, 06 September 2005)
SATU DOA DIBALIK CATATAN SEJARAH
Setapak duka aku lalui
Terhitung dari weker ke weker
Meninggalkan jejak pilu
Yang penuh berisi air mata
Haruskah kuseka air mata itu
Untuk hilangkan duka di hati
Ataukah harus meleburkan diri
Di dalam lumpur kenistaan ini???
Cinta sejati yang dulu kudambahkan
Kini tinggal catatan sejarah
Dibalik lembar hitam putih berserakkan
Dan cinta pun pergi menjauh
Entah kemana!!!
Lalu kepada siapa lagi aku harus mengadu
Nasib hidupku yang malang ini
Dibawah salib~Mu
Kupertaruhkan cinta
Pandanglah aku
Dengan mata dan hati dari cinta~Mu
Yang tulus lagi ikhlas
TAHTA MULIA RAHIM SANG BUNDA
Sembilan bulan
Sepuluh hari
Aku dalam kandungan
Bunda....
Kini tiba saatnya
Satu lima satu satu sembilan delapan tiga
Ketika rembulan bisu tak bersuara
Ketika pucuk cemara bernada sendu
Ketika itu pula hadirlah sesosok tubuh
Aku datang dari tahta mulia rahim sang bunda
Menuju bahari hidup yang kini kutapaki
Saat itu bintang cemerlang merah merekah
Dan nada rias tergores di relung hati
Menyambut sesosok mungil
Satu lima satu satu sembilan delapan tiga
Usai sudah
Duka bunda lenyap ditelan suka
Itu hari sangat berarti
Bagi ayah dan ibu tercinta
(Alor, 31 Januari 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar