Jumat, 14 Januari 2011

KUMPULAN PUISI

ALKITAB
(Allah Kita Bersama)

Buku suci
Punya misteri
Alfa dan omega
Ia tetap buku suci
Punya misteri
Sepanjang masa
(Kupang, 10 Maret 2005)















SANG PEZIARAH SEJATI

Dengarlah wahai sahabatku
Wahai duniaku
Waktu Ia lahir
Kita semua bersukacita
     Ia kini sengsara
     Semua itu karena dosa kita
     Ia rela mati bagi dunia
     Bahkan disalib yang hina
Itulah puncak keselamatan kita
Mari kita rayakan bersama
Dengan bertobat dan terus berdoa
Dan disana Ia sedang menunggu kita
Kepangkuan~Nya.... Kepelukan~Nya
Agar pintu surga pun dibuka
Untuk kita sebagai sang peziarah sejati
(Kupang, 31 Maret 2005)








HATI YANG BERTOBAT

Hati yang bertobat
     Tidak menyimpan dendam
     Tidak mendustai
     Tidak mengajukan tuntutan
     Tidak meminta-minta
     Tidak menggunakan syarat
     Tidak menyombongkan diri
     Saling mencintai
Hati yang bertobat
Tetap bertobat
(Kupang, 06 September 2005)













Patung depan Gereja Katolik Paroki Gembala Baik Alor-Pantar

LUKISAN DI BATU

Sebuah lukisan hati
Tergores di batu kali
Dengan cat berwarna
Dengan hati berwarna
     Lukisan itu
     Gambaran jiwaku
     Lukisan itu
     Gambaran hatiku
     Lukisan itu
     Gambaran kasihku
     Lukisan itu
     Gambaran Tuhanku
     Pada lukisan itu
(Kupang, 06 September 2005)














SATU DOA DIBALIK CATATAN SEJARAH

Setapak duka aku lalui
Terhitung dari weker ke weker
Meninggalkan jejak pilu
Yang penuh berisi air mata
    Haruskah kuseka air mata itu
    Untuk hilangkan duka di hati
    Ataukah harus meleburkan diri
    Di dalam lumpur kenistaan ini???
Cinta sejati yang dulu kudambahkan
Kini tinggal catatan sejarah
Dibalik  lembar hitam putih berserakkan
Dan cinta pun pergi menjauh
Entah kemana!!!
    Lalu kepada siapa lagi aku harus mengadu
    Nasib hidupku yang malang ini
    Dibawah salib~Mu
    Kupertaruhkan cinta
    Pandanglah aku
    Dengan mata dan hati dari cinta~Mu
    Yang tulus lagi ikhlas
(Kupang, 06 September 2005)

















TAHTA MULIA RAHIM SANG BUNDA

Sembilan bulan
Sepuluh hari
Aku dalam kandungan
Bunda....
      Kini tiba saatnya
      Satu lima satu satu sembilan delapan tiga
      Ketika rembulan bisu tak bersuara
      Ketika pucuk cemara bernada sendu
      Ketika itu pula hadirlah sesosok tubuh
Aku datang dari tahta mulia rahim sang bunda
Menuju bahari hidup yang kini kutapaki
Saat itu bintang cemerlang merah merekah
Dan nada rias tergores di relung hati
Menyambut sesosok mungil
      Satu lima satu satu sembilan delapan tiga
      Usai sudah
      Duka bunda lenyap ditelan suka
      Itu hari sangat berarti
      Bagi ayah dan ibu tercinta
(Alor, 31 Januari 2004)











Tidak ada komentar:

Posting Komentar